Merawat Kenangan

Leli
3 min readMar 4, 2024

--

“Kita tidak pernah menang pada setiap kehilangan; pun tidak pernah kalah – kita hanya tumbuh bersamanya, setiap hari di sepanjang tahun, lalu terbiasa”

Pernah suatu hari menjumpai hari-hari berat yang bahkan aku sendiri tidak pernah yakin bisa menjalaninya, yakin pun mungkin nanti akan berat sekali melalui itu semua. Ternyata memang benar, berat sekali. Hari-hari berat itu terjadi di tahun 2017–2022, banyak sekali kejadian yang menyertai, beberapa diantaranya adalah kehilangan. Kehilangan-kehilangan itu menjelma menjadi hantu paling menakutkan yang sebelumnya tidak pernah ku perkirakan terjadi, kehilangan besar yang ku alami adalah kehilangan ibu dan hampir kehilangan diriku sendiri. Sudah bukan jadi rahasia, kehilangan anggota keluarga vital adalah hal yang paling menyakitkan yang tidak pernah tau obatnya apa, apalagi kehilangan itu terasa sangat tiba-tiba. Serasa seluruh dunia tiba-tiba hancur lebur, segala mimpi-mimpi perlahan pudar, seakan-akan hidup sudah berakhir dan tidak perlu dilanjutkan lagi. Ternyata kehilangan ibu itu berat sekali, segala yang ada di rumah berubah, bahkan hal sekecil letak-letak benda. Semua menjadi tidak semestinya.

Tentu hidup akan banyak dihadapkan dengan kehilangan, tidak berhenti dengan kehilangan ibu, aku hampir kehilangan diriku sendiri. Sesuatu yang lebih tidak bisa ku perkirakan, kenapa sampai bisa menjumpai masa-masa keparat itu. Sampai-sampai kalo diingat sekarang rasanya ingin sekali mengumpati dan menyesali banyak hal, tapi tentu apa yang sudah terjadi di masa lalu kemudian disesali tidak akan merubah apa-apa. Banyak yang terjadi, banyak pula yang sekarang ku mengerti apa artinya itu semua. Namun kabar baiknya, September 2022 lalu aku memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup. Meskipun ngga bahagia-bahagia amat, ngga apa-apa! Rasanya lebih tidak bahagia kalo ada namaku di kabar berita dan melihat orang-orang (yang masih) menyayangiku sedih dan merasa iba kenapa harus secepat itu.

Sehubungan dengan kehilangan dan banyak kejadian itu, beberapa hal banyak mengingatkan pada hari-hari baik sebelum banyak hal-hal buruk mampir. Beberapa hal itu ternyata adalah barang-barang, karena kehilangan ibu yang terasa mendadak, barang-barang ibu terutama baju sampai hari ini masih tersimpan rapi di lemarinya – sesekali dibersihin sih, soalnya emang masi pada bagus-bagus – aku yang paling sering bersihin lemari dan baju-baju ibu. Beberapa baju-baju ibu memang baju-baju ibu-ibu pada umumnya, sederhana ngga ada yang bermerk dan mewah (karena ibu memang orangnya rapi dan primpen, meskipun bajunya sudah lama tapi tetep masih bagus-bagus). Jadi karena kangen ibu, beberapa waktu lalu beberapa baju ibu ku ambil. Ada yang ku pakai apa adanya, ada yang beberapa ku modif di penjahit, salah satunya rok yang ada pada foto di atas. Rok itu sebenernya baju terusan ibu, dulu sebelum ibu ngga ada, ibu dibeliin baju sama adik cewenya satu-satunya (tanteku) and guess what, ibuku seneng banget sama baju itu. Tapi ngga berjarak lama dari baju itu datang ke pelukan ibu, ibu pergi pula ke pelukan Sang Pencipta.

Setelah sekian lama mencoba berdamai dengan kehilangan itu dan ditambah diri sendiri yang sering kacau, aku memutuskan untuk mencoba cara lain berdamai dengan kehilangan itu dengan cara mendekati kenangan akan kehilangan itu sendiri. Tujuannya cuman sekedar merasa terbiasa dengan kenangan-kenangan itu. Hal yang terpikirkan waktu itu hanya, yah setidaknya saat sedang merasa kacau-kacaunya meskipun ibu sudah ngga ada di sisi lagi, baju-bajunya masih dekat dan serasa didekap. Jadi baju ibu itu ternyata bukan cuman baju biasa pada umumnya, baju ibu adalah kenangan bahkan lebih dari itu, baju ibu adalah hal-hal baik yang ngingetin aku pada hari-hari baik dimana ibu bahagia dan kemudian aku terbiasa akan kehilangannya. Baju ibu yang masih ada adalah diriku sendiri dalam perjalanan panjang untuk berdamai, baju ibu adalah diri sendiri yang sempat hilang tapi untungnya ketemu lagi.

Meski kenangan tentang ibu timbul tenggelam, segala rasa sakit dan bahagia, perlahan aku mulai terbiasa. Perlahan aku tumbuh bersamanya, selama bertahun-tahun – meskipun tumbuhnya tidak sempurna – aku masih bersamanya, bersama kenangan-kenangan itu, bersama segala macam rupa rasa, segalanya abadi dalam kenangan, bahkan semakin indah dari hari ke hari.

--

--

Leli

Kamu bisa menemukanku dalam bentuk apapun; tidak terkecuali pada cerita buruk dan kurang revolusioner