Viva La Historia: Cara Bertahan di Jurusan Sejarah Sebagai Seorang Medioker

Leli
7 min readMar 4, 2024

--

“Historia est testis temporum, lux veritatis, vita memoria, magistra vitae, nuntia vetustatis” (Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam) – Cicero

Sebagaimana diketahui bersama, menjadi lulusan sejarah pasti akan sering ditanya “Kenapa milih jurusan sejarah? Gabisa move on ya?” Atau, “Kenapa sih kudu nginget-nginget masa lalu mulu?” Karena pertanyaan itu hampir selalu datang ketika menyebutkan jurusan apa yang diambil pas kuliah, maka mengawali tulisan ini dengan mengutip perkataan Cicero adalah satu langkah yang baik dalam menjawab secara diplomatis (ehem ngeles). Meskipun begitu, ternyata benar jurusan dengan peminat yang tidak banyak ini – atau banyak yang masuk gara-gara terpaksa ngga dapet jurusan yang diinginkan – selalu saja dihadapkan dengan realita-realita pada saat perkuliahan sebagaimana jurusan-jurusan yang lain.

Menurut saya, perkuliahan di bidang sejarah ini cukup berbeda dibandingkan dengan teman-teman lain dari jurusan rumpun ilmu humaniora. Hal yang paling berbeda dalam menjalani perkuliahan di bidang sejarah adalah adanya perkuliahan luar kelas (PLK) pada tiap-tiap semester, PLK yang pernah saya alami terjadi pada rentang semester 1–4. Teknis pelaksaan PLK ini dilakukan berdasarkan pembabakan atau periodesasi dari sejarah di Indonesia yang akan kita pelajari, yakni dari masa praaksara, Hindu-Buddha, Islam, hingga Kolonial. Tujuan dari pelaksanaannya tentu agar para mahasiswa sejarah seperti kami bisa langsung melihat visualisasi dari “kemegahan” sejarah-sejarah di masa lampau melalui bangunan, tulisan, dan lain sebagainya, agar nanti pas sudah ngajar bisa bilang ke murid “bayangin pas kalian pulang ada bendera kuning” eh salah-salah, maksudnya “bayangin deh pas kalian ke Jogja liburan ke Candi Borobudur”. Maksudnya apa? Jadi sebelum kita meminta peserta didik buat ngebayangin Candi Borobudur, kita sudah pernah duluan datang kesana dan ketika murid bertanya berapa jumlah anak tangga buat turun ke pelataran Candi Borobudur, kita sudah tau jawabannya (salah sebiji dua biji doang mah kagak apa-apa, orang yang biasanya ngambil gorengan lima ngaku tiga aja ga ketauan *emang mau sedekah ke pedagangnya dong itu!)

Nah, dengan berbagai macam hal yang terjadi dalam menjalani perkuliahan sejarah ini, rasanya kalo dibayangin susah juga ya! Apalagi setelah PLK nanti harus menyusun laporan hasil observasi sekaligus mempresentasikannya. Selain itu, nanti pada penghujung akhir perkuliahan akan tetap ada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di museum, sekaligus – karena di depan nama program studi sejarah, ada pendidikannya – Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dengan mengajar di sekolah. Sebenernya ada printilan-printilan lain, seperti tugas-tugas observasi lapangan di setiap matkul yang berkenaan dengan heritage atau bahkan perlu melakukan interview dengan para narasumber baik pelaku sejarah ataupun sejarawan.

Bagi temen-temen yang mungkin berminat masuk jurusan Sejarah, tentu perlu dong kiat-kiat menjalani perkuliahan di jurusan Sejarah agar tetep fun dan bisa sampai selesai. Nah berikut ini adalah tips yang akan diberikan oleh seorang medioker dalam menjalani perkuliahan di Pendidikan Sejarah.

1.) Rajin Membaca

Sebagai medioker (dalam artian pengetahuan) tentu kita perlu tahu diri dalam menghadapi kerasnya dunia perkuliahan, di perkuliahan kita akan disuguhkan berbagai macam pengetahuan baru dari para dosen, tapi biasanya dosen tidak akan memulai memberikan pengetahuan dari pengetahuan yang sifatnya basic, jadi kita perlu menggali sendiri lebih dalam tentang topik apa yang akan dipelajari sewaktu menjalani perkuliahan. Membacanya apa saja? Tentu banyak yang perlu dibaca kalo di jurusan Sejarah, mulai dari baca buku, jurnal, artikel, arsip-arsip, garis tangan – maksudnya, chat dengan gebetanmu yang ngga seberapa itu, ngga juga dong itu! ya banyak deh, apalagi kalo misal kita berhadapan dengan sejarah klasik, kita perlu membaca terjemahan atau alih bahasa dari prasasti atau bahkan kakawin. Jadi jangan males baca ya! Males baca jadi pol… pola-pola kebodohan hehe aman ya pak!

2.) Rajin Diskusi dengan Teman/Guru di SMA/Dosen/Asdos

Sekali lagi, dalam menjalani perkuliahan sebagai medioker jangan sekali-kali terlalu nekad bisa menaklukan kerasnya perkuliahan sendirian alias single player (inget hero di Mobile Legend aja ada rolenya masing-masing). Carilah teman atau siapapun yang bisa kamu ajak untuk berdiskusi tentang materi-materi atau tugas-tugas di perkuliahan, apalagi kalo kamu jurusan sejarah! (Cieilah lama-lama jadi tagline ini), di jurusan ini kamu perlu banget berdiskusi dengan banyak kepala, karena apa? Di bagian metode penelitian sejarah yang jumlahnya 4 itu, ada satu bagian yang namanya interpretasi. Bagian ini merupakan bagian penafsiran dari apa yang sudah didapatkan pada tahap verifikasi, nah karena pemahaman satu orang dengan orang lain akan berbeda, maka kamu perlu untuk berdiskusi dengan orang lain agar interpretasimu semakin kaya dan bisa menarik kesimpulan yang lebih mendalam. Jadi metode penelitian sejarah yang dimulai dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi itu bisa kamu pake sebagai acuan dalam menjalani perkuliahan.

3.) Lakukan Observasi dengan Serius

Di atas tadi ada sebuah clue bahwa jurusan sejarah akan sering melakukan outing class dengan tajuk PLK, yang menyenangkan dari PLK ini kamu akan melakukan observasi secara langsung di lokasi bersejarah seperti peninggalan kepurbakalaan di Trinil, Sangiran dan Matesih, melakukan observasi di candi-candi Hindu-Buddha di Jawa Timur dan Jawa Tengah, melakukan observasi di tempat-tempat para wali (bukan nama fanbase band) menyebarkan agama Islam, sampai dengan mengobservasi peninggalan-peninggalan kolonial. Nah pada saat PLK, lakukan observasi dengan sebaik-baiknya dan serius, mulai dari mengamati obyek sampai dengan cerita-cerita masyarakat sekitar. Satu kesalahan yang paling vital adalah menggunakan PLK ini hanya sebagai sarana rekreasi bukan sebagai upaya mengumpulkan informasi-informasi (gwej juga melakukan kesalahan ini fren😔). Kenapa kesalahan seperti itu jangan sampai dilakukan? Karena nanti hasil observasi yang bisa ditelisik lebih dalam ini, pasti akan menghadirkan kasus yang cukup menarik. Kasus yang menarik ini nanti akan memudahkan kamu untuk mencari judul skripsi di akhir perkuliahan apabila kamu ingin mengambil skripsi sejarah murni, kalau pengen ambil sejarah pendidikan berarti ya tinggal disesuaikan pada saat PPL kamu harus melakukan KBM yang serius agar menemukan permasalahan yang cukup dijadikan sebagai bahan skripsi. Jadi intinya yang serius ya, maen game cocoki aja bisa serius observasi doang mah gampanggg yekan gen z?

4.) Maksimalkan Belajar Selama 4 Tahun di Perkuliahan

Kaum medioker seperti kita-kita ini (kalo ada yang ngerasa biar saya ini ada temennya), perlu banget untuk melakukan sesuatu secara maksimal (dalam ukuran masing-masing), karena apa? Karena ketika sadar dengan kemampuan kita yang medio, tentu kita perlu melakukan sesuatu yang maksimal agar setidaknya hal-hal medio di dalam diri kita ini mampu diajak mengejar atau setidaknya tidak tertinggal dari temen-temen yang beneran ambis dalam perkuliahan. Satu penyesalan besar dari saya sendiri dan temen saya (yang kayanya dia medioker juga) adalah kita ga memaksimalkan diri untuk menangkap materi-materi perkuliahan, meskipun banyak faktornya ya! Tapi setidaknya kita bisa sedikit ngepush diri buat bisa maksimal nerima materi di perkuliahan. Soalnya apa yang dialami temen saya dan saya ini sama, akhirnya membuat kami menyesal karena setelah lulus kami baru menyadari bahwa kuliah di jurusan sejarah semenyenangkan itu, mulai dari pengetahuannya, diskusinya, kegiatannya, dan lain sebagainya. Makanya, maksimalkan kesempatan kalian buat belajar ya, kaum medioker seperti kita perlu banget kadang ngepush diri di beberapa hal dalam hidup.

5.) Kalo Udah Basah Ya Mandi Sekalian!

Berhubung saya juga bagian dari Saya Njerumusin(diri) Masuk Perkuliahan Tar Nyoba(lagi) atau kalo disingkat jadi SNMPTN (meski agak maksa wkwk) ya tentu! Awalnya gaminat sama sekali masuk Jurusan Pendidikan Sejarah yang outputnya pasti jadi guru (bisa sih pegawai bank, tapi keburu sadar diri tinggi badan ngga nyampe jemuran ibunya Nobita), sempat kepikiran buat nyoba daftar SBMPTN di tahun depan, namun gara-gara banyak hal, terutama adalah cita-cita orang tua dan udah ngerasa males belajar SBMPTN (yah namanya juga medioker), akhirnya mengurungkan niat dan memperbaiki niat buat yaudah dijalanin aja dulu siapa tau nyaman, ya kaya skill satu bajulwan-bajulwatimu gitu-gitu. Nah setelah memperbaiki niat, makin dah tu ngerasa yaudah sih kan udah kecebur juga jadi sekalian mandi aja, lagian bayarnya sama-sama lima rebu (toilet pom bensin kali ah!). Yaudah ternyata niat yang sederhana kaya gini perlu juga dibarengi dengan usaha yang ekstra, salah satunya adalah sekuat mungkin buat berusaha lulus tepat waktu. Ya gimana engga, udah medioker, salah jurusan, dapet request dari ortu buat jadi guru, ibaratnya tuh lagi pengen berak, toiletnya dipake orang, cuman satu lagi toiletnya, jadi perlu usaha ekstra buat berusaha menahan sampai akhirnya bisa lulus dan survive tanpa ada kekurangan satu apapun (kek bayi baru lahir gitu kite). Yak intinya, niat dan berusaha aja karena selagi kamu masih hidup, kamu pasti dapet jatah untuk bisa menyelesaikan studimu, jadi jangan nyerah dulu.

Itulah yang perlu dilakukan untuk bisa survive di jurusan sejarah sebagai seorang medioker, jurusan yang menuntut ekstra buat belajar apapun karena sejarah adalah ilmu tertua di dunia dan cakupan aspeknya sangat luas, maka diperlukan usaha-usaha yang ekstra pula untuk bisa mencapai garis finish yakni wis-udah. Sebenernya tips ini juga bisa dipake temen-temen jurusan lain yang merasa dirinya medioker pula, jadi jangan berkecil hati melihat temen-temen yang pada dasarnya udah ambis, kita-kita yang medioker ini juga tetep bisa kok survive dengan memaksimalkan kemampuan yang kita punya, asal tetep on track sama tujuan untuk menyelesaikan perkuliahan dan ngga kekurangan istirahat. Pada akhirnya apa yang dikatakan Cicero diatas itu benar, bahwa sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam itu adalah benar adanya, di jurusan ini kita benar-benar “dipaksa” belajar segala hal, dari keterpaksaan itu lahirlah kebenaran-kebenaran yang kemudian kita aminkan dan bisa menjadi guru di kehidupan kita. Guru yang paling jelas disini adalah pengalaman bagaimana kita bisa bertahan dan menyelesaikan apa yang telah kita mulai, tanpa sadar kita juga telah mengukir sejarah bagi diri kita sendiri sebagai seorang medioker yang bisa menyelesaikan perkuliahan di sejarah. Demikian kiat-kiat ini, semoga bermanfaat!

--

--

Leli

Kamu bisa menemukanku dalam bentuk apapun; tidak terkecuali pada cerita buruk dan kurang revolusioner